Senin, 06 Mei 2013

Seputar Benda Langit



 AYE AYE balik lagi sama saya pada post kee.... 5 yakkk.............!! hari iini aku mau bahas soal ini ... supaya bisa nambah pengalaman bagi yg baca 


Fungsi benda langit (dalam al-qur'an)
Benda Langit
Sebagai seorang muslim, temtunya kita mempunyai pedoman hidup. Pedoman itu tidak lain adalah Al-Qur'an. Didalam Al-Qur'an banyak terdapat ilmu dan berbagai macam pengetahuan lainnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. 20: 113
Artinya: "Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka."

Adapun ayat ayat mengenai fungsi benda langit dalam al-qur'an adalah sebagai berikut:

1. Al- Qur'an sebagai penerang dalam kegelapan
Sepeti yang kita ketahui, pada malam hari saat matahari mulai terbenam bintanglah yang menjadi penerang kita ditengah gelapnya malam. hal ini terdapat dalam Q. S. Al-An'am (6): 97
Artinya: "Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.". . .

2. Bintang sebagai petunjuk Arah
Rasi Bintang
kita tentunya mengenal rasi bintang. beberapa rasi bintang tersebut dapat menunjukkan arah langit. sebagai contoh, langit selatan ditunjukkan oleh rasi bintang pari/crux. Kemudian, orion sebagai penunjuk arah barat, rasi bintang Biduk/Great Bear/Beruang besar yang menunjukkan arah utara, serta rasi bintang scorpio sebagai penunjuk arah timur.
Q. S. An nahl (16) : 16
Artinya: "dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk."

3. Bintang sebagai pelempar setan
Hal ini dijelaskan oleh allah dalam Q. S. Al-Mulk (67): 5
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala."

4. Bintang sebagai penghias langit
Diterangkan dalam Q. S. Al- Hijr (15): 16
Artinya: " Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya)"


oke segitu dulu ya,,,,,,,,,,,,,,,,,, 
-SEKIAN-

Seputar Tentang Kemenyan

Okee... post yg keempat ini saya akan post tentang kemenyan,, eeeeeh jgn bergidik ngeri dolooo... gini2 ada manfaatnya lh bagi kita? mau tau? ayo langsung geser kebawah!!
Kemenyan (Styra sp.)

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Ebenales
Famili: Styracaceae
Genus: Styrax
Spesies: Styrax benzoin Dryand

Deskripsi

Merupakan tanaman semak pohon yang selalu hijau dengan ketinggian 8-34 m,, bonggolnya berakar papan yang kecil, mengeluarkan suatu senyawa balsam yang beraroma kuat. Diameter batangnya sekitar 10-100 m, dengan ranting keabu-abuan. Kulit batang permukannya datar, sedangkan bagian dalamnya halus, berwarna coklat hingga merah pekat, merah jambu atau merah ungu, dengan cairan kayu berwarna putih. Daunnya sederhana, tersusun spiral, tanpa penumpu, dengan tangkai daun beralur-alur. Daun bulat telur atau lonjong, atau lanset, dengan pinggirannya rata, pucuknya melancip, dengan tulang daun sekunder 7-13 pasang, di bagian bawah terdapat sisik. Daun berukuran 8-13 cm x 2-5 cm. Perbungaan muncul dari pucuk atau ketiak daun, dengan tangkai bunga sepanjang 20 cm, tetapi biasanya lebih kecil dari ukuran daunnya. Bunga berwarna putih, wangi. Bunga teratur, biseksual, berbilangan 4-7. Daun kelopak berbentuk seperti cangkir, bebas, terpisah dari bakal buah. Daun kelopak persisten saat pembentukan buah. Korola mahkota berukuran 1-2 mm dengan 4-7 cuping yang dalam, agak gemuk. Ukuran cupingnya 9-12 mm x 2-3,5 mm. Benangsari berjumlah dua kali dari jumlah daun mahkota, dalam suatu ulir, dengan pada bagian pangkalnya menyatu antara satu dengan lainnya pada tabung korola. Kepala putik berbonggol atau memiliki cuping 3. Buah bulat atau bertipe buah batu yang berbentuk bulat, perikarp 3-5 mm tebalnya. Ukuran buah 2-3 cm x 2 cm. Biji-biji terletak pada bagian pangkal.

Ekologi

Tanaman ini umumnya banyak terdapat secara alami di hutan dengan tanah yang agak liat pada ketinggian 100-1600 m dpl. Pohon kemenyan memerlukan tanah yang berdainase baik, dan curah hujan sekitar 1500-2000 mm, pada suhu sekitar 15-26 °C.

Kegunaan

Benzoin balsem di peroleh dengan memotong kambium batang tanaman. Benzoin yang dihasilkan dari tanaman ini dapat digunakan untuk keperluan medis, terutama untuk mengatasi iritasi pada kulit. Industri farmasi, sangat memerlukan tanaman ini.

Sumber:www.wikipedia.org


gimana? udah gk ngeri kan,,? tenaangg belum juga aku post jalanya kemenyan... pada gidik ngeri termasuk yg ngepost -_=)9

semoga beramanfaaat buat ANDA SEMUA YG BACA OKE AYE AYE!!

Seputar Tentang SUNAN MURIA




 oke! dipost ketiga ini saya akan menjelaskan tentang SUNAN MURIA. Apa aja sih? ayo langsung liat !! aye aye.......



Sunan Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Soejinah, putri Sunan Ngudung. Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat dia dimakamkan.

Ia putra Dewi Saroh - adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya,
Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.

Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

lalu.....

Sunan muria, adalah sebagian juga dari Walisongo, beliu bernama asli Raden Umar said, konon mnurut kisah beliu putra dari Sunan kalijogo.

Raden Umar said, mempunyai cara yang unik untuk menyebarkan agama Islam dipulau jawa kususnya daerah utara Kudus, lebih tepatnya disekitar lereng gunung Muria, sehingga beliu dijuluki dengan sebutan Sunan Muria.

Sunan Muria atau Raden Umar said, cara menyebarkan Islam denagn pendekatan kemasyarakat jelata, baik dengan cara bercocok tanam, dan lainnya, hampir mirip dengan sang ayah sunan kalijaga, namun beliu lebih suka tinggal dipedalaman yang jauh dari perkotaan, beliu dikenal dengan kelembutannya untuk mensiarkan islam, sehingga banyak masyarakat daerah sekitar menyukai cara beliu berdakwah.

Sangat patut untuk kita contoh sebagai umat muslim dan sebagai warga negara kesatuan Indonesia, bahwa kita harus mengutamakan kelembutan untuk menyikapi adanya perbed
aan agama, pendapat suku ras golongan dan lainnya, agar supaya tercipta kehidupan yang aman nyaman dan seakan tidak terancam.

 MUST LOOK THIS TOO!! 

Jejak Dakwah Sunan Muria dan Sunan Kudus

ImageMakam Sunan Muria di puncak Bukit Muria, Desa Colo, Kudus Jawa Tengah bisa dicapai melalui jalan berkelok sepanjang 18 kilometer dari kota Kudus. Sesampainya di komplek makam, pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga. Konon jika peziarah mampu menghitung jumlah anak tangga pada saat naik sama dengan jumlahnya saat turun diyakini akan mendapat berkah.
Di sepanjang anak tangga banyak dijual beragam souvenir, jajanan, maupun botol kosong sebagai tempat membawa air gentong peninggalan Sunan Muria. Bila beruntung peziarah berkesempatan masuk ke makam Sunan Muria. Ini adalah kesempatan langka karena dalam waktu 35 hari hanya ada 4 hari yang dapat dimasuki peziarah.

Banyak peninggalan Sunan Muria yang dapat dijumpai di antaranya bangunan masjid beratap Joglo tingkat tiga, beratap kayu sirap, yang pada tahun 2000 dijadikan peninggalan cagar budaya. Pengunjung juga dapat menikmati bahan bangunan lama seperti mingrhrab atau tempat imam sholat, pondasi empat soko masjid atau umpak, juga sebuah bedug yang dibuat tahun 1834, serta gentong air. Pengunjung banyak yang mengambil air yang mengalir dari mata air Ngelaren.

 
Jadi gimana? mungkin POST saya ini bisa membantu kalian yg membaca, jngn lupa komen aye aye yaakk!! :3

Cerpen Anak-anak

Ahooyy.! kembali lagi bersama saya, hari ini saya punya cerpen lhoo.. dr adik/kakak kita .........

mau tau? tapi dipost nya satu2 yak...?? aku capek kesel,,, mboh ra roh kepiye kuwi (?) eh maaf :D kekeekkeke

yaudah langsung aja ya!

 

Yang pertama !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! *simpulkan ndiri okeeeeeehh!!!


ANTARA DUA BUKU

 karya Amatullah Nuha S.



"Bun, ayo!" teriak Tiara.

"Ke mana lagi, Sayang?" tanya Bunda.

"Ke toko buku. Novel incaranku sudah terbit,” balas Tiara.

"Lo, kemarin kan baru saja beli buku. ltu pun masih terbungkus rapi, Lagian, sekarang sudah sore. Besok kan  kamu masuk sekolah," kata Bunda.

"Yah, terus kapan, dong? pokoknya, Tiara mau beli sekarang. Biar nggak kehabisan!" rengek Tiara.

"Hhh ... oke, boleh. Tapi, naskah Bunda belum selesai. Dua hari lagi harus dikirim ke penerbit. Jadi, sama Kak Nisa saja, ya perginya. Oh, ya ... jangan lama-lama, ya. Beli bukunya juga jangan banyak-banyak," pesan Bunda.

"Kak Nisa!" panggil Tiara.

"Ya ...," Kak Nisa mengambil tas dan kunci motor.

Ia kemudian, berjalan ke garasi dan mengeluarkan motor.

“Bun, Tia berangkat dulu, ya. Assalamu’alaikum,” pamit Tiara.

“Ya. Wa'alaikumsalam ...,”

“Brrmm ... Brrmm ..."

Motor pun melaju cepat meninggalkan rumah. Tanpa menunggu lama, mereka pun sampai di toko buku yang mempunyai kolam ikan. Saat itu, para pengunjung cukup ramai. Tiara dan Kak Nisa berjalan cepat masuk toko buku. Kak Nisa ke bagian buku pelajaran. Sedangkan, Tiara berjalan ke bagian buku novel.

“Mana, ya? Fayi bilang, ada di rak dekat kolam ikan,” gumam Tiara.

Tiara kembali asyik mencari-cari buku yang diinginkannya.

“Duh ... kok belum ketemu, ya? Mana hari mau sore lagi!" gerutu Tiara.

“Tia, sudah ketemu belum? Lama amat, sih?” tanya kak Nisa.

“Lho, kok Kak Nisa sudah di sini? lya, nih Kak! Kok, belum ketemu, ya!" ujar Tiara bingung melihat buku di rak.

"Ya sudah. Kalau belum ketemu, pulang dulu, yuk! Sudah magrib, nih," ajak Kak Nisa.

"Yah ... sebentar lagi, Kak. Tunggu, ya ...," rajuk Tiara. "Nah, ini dia! Akhirnya ketemu juga. Kak, ini bukunya sudah ketemu!" ujar Tiara senang.

Mereka segera berjalan menuju kasir. Setelah membayar, mereka segera pulang ke rumah.


"Assalamu'alaikum, Bunda ...," teriak Tiara dari luar rumah.

"Waalaikumsalam, sebentar," balas Bunda ikut berteriak.


Bunda segera membuka pintu rumah.

"Bunda, aku sudah dapat bukunya," Tiara menunjukkan kepada Bunda. Sambil bernyanyi riang, ia langsung masuk ke kamar.

"Cuci kaki dan tangan dulu, Tiara," ujar bunda mengingatkan.

Tiara menurut. la lalu merebahkan diri di atas kasur dan segera membaca buku yang dibelinya tadi. Tak terasa, hari mulai malam.


"Kring ... kring ..."

Ada pesan singkat masuk. Tapi Tiara tidak menghiraukan. la terus asyik membaca bukunya.

“Tok … tok … tok “

Bunda membuka pintu.

“Tidur dulu, Tia. Sekarang sudah malam. Kamu sudah menyiapkan buku-buku untuk sekolah besok?” Tanya Bunda lembut.

“Iya, iya Bunda,” kata Tiara.

Tia turun dari tempat tidur dan menyiapkan buku-buku yg akan dibawanya besok.

Setelah itu, Tiara kembali asyik dengan bukunya. Tak terasa, malam makin larut. Ia pun mulai mengantuk.

“Hoah, ngantuk … tidur dulu, ah,” Tiara pun berjalan menuju ranjangnya.

Zzz … Tiara tertidur pulas.


"Kring ... Kring ..."

Alarm jam berbunyi. Tiara bangun dan

mematikan alarm. "Hmm sudah jam lima. Bangun, ah!"

Tiara berjalan mengambil handuk dan masuk kamar mandi. "Byur ... byur ..." Tak lama, ia pun keluar dari kamar mandi. Selesai mandi ia mengingat jadwal pelajaran hari ini. "Hmm ... Hari ini pelajaran apa, ya?" “Oh, Matematika, bahasa lnggris, lPS, dan lPA. Ya ampun, ada PR Matematika! Duh, lupa!" Tiara melirik jam dinding.


"Kring ... Kring ..."

Ada pesan singkat masuk lagi. Tiara memandang layar telepon genggam sekilas tapi Tiara tak menyentuh sedikit pun benda itu.

"Hhh ... sudah jam enam, saatnya makan." Akhirnya, Tiara membawa PR Matematika ke ruang makan.


"lni ada bakso ikan sama cap jay,” ujar Bunda.


Bunda mendekatkan makanan ke arah Tiara

dan Kak Nisa. Sambil makan, Tiara mengerjakan

PR dengan tergesa-gesa.

“PR apa? Serius bangetl" komentar Kak Nisa.

“Matematika," jawab Tiara.

“Kok baru dikerjakan sekarang?" tanya Bunda.

“lya. Hehehe ... lupa," jawab Tiara malu.

“Tuh kan, apa Bunda bilang...," kata Bunda.

" Alhamdulillah ...," ucap Tiara setelah selesai merjakan PR-nya. "Ayo, Kak, berangkat!" ajak Tiara sambil membereskan buku-bukunya.


Mereka berangkat sekolah dengan naik sepeda. Biasanya, mereka menempuh perjalanan selama 20 menit.

Tak berapa lama Kak Nisa berbelok memasuki gerbang sekolahnya. Sedangkan, Tiara berbelok menuju sekolahnya. Kebetulan sekolah Tiara terletak di sebelah sekolah Kak Nisa. Tiara bersekolah  di SD Bulan Berlian, kelas enam. Sedangkan, Kak Nisa bersekolah di SMP Pelangi Teladan, kelas delapan.

Tiara memasuki kelasnya dengan tenang. lihat, teman-teman sedang serius membaca. Ada apa, ya? tanya Tiara dalam hati.

"Sela, ada apa? Kenapa semua serius banget?” tanya Tiara kepada teman sebangkunya.

Sela menatap wajah Tiara dengan aneh, kemudian kembali belajar tanpa memedulikan pertanyaan Tiara.

"Hhh ...," dengus Tiara.

Tak lama, terdengarlah suara bel masuk. Anak-anak kelas satu hingga kelas enam berbaris di koridor kelas masing-masing. Setelah itu, mereka langsung memasuki kelas.

Bu Fira masuk kelas.

"Berdoa mulai!" kata Aini.

Anak-anak pun berdoa dengan khusyuk. Setelah itu, Bu Fira memulai pelajaran.

"Selamat pagi, semua! Bagaimana kabarnya pagi hari ini?" sapa Bu Fira. "Baik, Bu!" jawab murid-murid dengan serempak.

"Gimana, Anak-anak, sudah siap ulangan lPS?" tanya Bu Fira memastikan.

"Sudah, Bu!" jawab anak-anak.

"Hah? Ulangan? Waduh, gimana ini? Pantes saja teman-teman semua belajar serius." Batin Tiara.


"Baiklah!" ujar Bu Fira.

Bu Fira membagikan soal ulangan kepada muridnya. Meskipun tidak belajar, Tiara merasa sedikit tenang karena ia termasuk anak yang berotak encer.



Yah, soalnya isian semua. Mana pilihan gandanya, ya? gumam Tiara.

la pun membaca soal dengan hati-hati. Lembah seribu sungai adalah sebutan sungai ....

"Grrh ... apa, ya? Sungai Nil atau Amazon?" bisik Tiara.

la lalu menulis jawaban asal-asalan.

"Dua puluh menit lagi ...," kata Bu Fira mengingatkan.

Dengan cepat, Tiara menjawab soal-soal yang masih belum terjawab.


Akhirnya....

"Waktu habis, silakan dikumpulkan. Hasilnya berikan nanti sebelum pulang sekotah," kata Bu Fira memberi tahu.

Anak-anak lalu berjalan ke meja guru dan mengumpulkan soal sebelum memulai pelajaran selanjutnya.


"Sel, ulangannya dadakan, ya?" tanya Tiara masih penasaran.

"Enggak, tuh! Semalam, Bu Fira kirim SMS kepadaku," jawab Sela.

"Kenapa aku nggok dikasih tahu, ya?" tanya Tiara.



"Tapi, tadi pagi aku kirim SMS kamu, kok!"

"Oh, ya?"

"Ya!" Sela mengangguk pelan.

***


Menjelang pulang ....

"Anak-anak, saatnya lbu membagikan hasil tes kalian," kata Bu Fira.


Semua anak pun deg-degan menunggu hasilnya.

"Freda, Mila, Aini, mendapat hasil tertinggi dengan nilai 97! Selamat, ya," ucap Bu Fira.

"Untuk yang lain, Sela, Rara, Shara, Ela, Sinta, Mila, Siti, Ayu, kalian lebih semangat lagi belajar," ujar Bu Fira.

Mereka menerima hasilnya dengn lapang dada.

"Tiara ...," lanjut Bu Fira, “Belajar lagi, ya…,”


"Dapat 65 … huh ...,”  Tiara memandang nilainya dengan lesu.

la lalu kembali ke tempat duduknya.

"Tiara, nilaimu berapa?" tanya Sela.

"Aku cuma mendapat 65," jawab Tiara tersenyum kecut.

"Oh masa, sih? Biasanya nilaimu bagus," ujar Sela.


Tiba-tiba, butiran bening jatuh dari sudut mata Tiara.

"Eh, jangan nangis. dong," ujar Sela.

"lya," jawab Tiara singkat.


Butiran bening itu makin deras saja.

"Sudahlah, nggqk apa-apa. Aku juga dapat 65," hibur Sela.

Kali ini, Tiara lebih tenang sedikit.

"Fyuuh ... ada temannya juga. Biasanya, Sela  dapat nilai bagus. Terkadang, lebih bagus daripada aku," pikir Tiara.


Setelah Bu Fira memberikan salam anak-anak pun berhamburan pulang. Tiara terlihat menyesal. la menyesal terlalu bersemangat menyelesaikan membaca novelnya tanpa memeriksa pelajaran sekolahnya. Tiara teringat pesan ibunya bahwa ia tidak dilarang membeli dan membaca novel asal juga membaca buku pelajaran. Kemarin, gara-gara membaca novel ia menyia-nyiakan buku pelajarannya.


***



oke ini yang ke 2 *2 aja ya,,, aku capekkk cius aahh -.-?

 

genrenya SAD ENDING :'(




Senyum Terakhir

Karya Gufran Algifari

Dengan nafas yang terengah-engah setelah mengendarai sepeda, Aku terhenti saat kumelihat dia, aku tak tau siapa dia. Wajahnya cukup cantik dan manis, aku singgah membeli segelas air untuk melepaskan dahaga yang melanda tenggorokanku.

Setelah beristirahat aku langsung menggayuh pedal sepeda untuk pulang ke rumah. Sesampai dirumah, kedua orang tuaku sedang pergi ke sebuah tempat yang aku tidak tau. Aku segera pergi mandi karena badanku sudah bermandi keringat. Setelah mandi aku memakai pakaian dan menuju taman yang tak jauh dari kompleks rumahku. Aku kaget si dia juga sedang berada ditaman. Tanpa pikir panjang akulangsung menghapirinya.
“Hai…..”, kataku

Dengan senyum aku menyapanya.
Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

“Hai.. boleh kenalan gak?”.
“Iya ada apa?”, katanya sambil menatap novel yang dibacanya.
“Aku boleh gak kenalan? Namaku Zhaky”, sambil mengulurkan jemariku.

Dia langsung berdiri lalu meletakkan bukunya di atas kursi dan memberi tahu namanya.
“Namaku Tamara”, katanya dengan senyum.
“Kamu tinggal dimana?”, kataku.
“Aku tinggal di sebelah kiri toko buku dekat gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin.”
“Oooo…. Kamu anak baru yah?”.
“Memang kenapa?”.
“Tidak kenapa-kenapa kok”.
“Ayo aku temani jalan-jalan di taman ini. Lagi pula gak enak juga kalau suasananya begini-begini saja”, pintaku.
“Ok.. baiklah”, katanya dengan lembut.

Langkah demi langkah mengawali perkenalanku dengan si dia yaitu Tamara. Kami berjalan mengeliling taman, dari pada hanya terdiam lebih baik aku memulai pembicaran. Aku menanyakan banyak hal kepadanya. Dan kami selalu menyelingi pembicaraan kami dengan candaan yang cukup untuk mengocok perut hingga sakit.
Sekarang sang mentari akan kembali ke peraduannya. Kami berjalan pulang bersama karena arah rumah kami searah. Tamara berada di depan kompleks sedangkan rumahku ada di lorong kedua sebeleh kanan di kompleks tempat tinggalku. Sesampai di depan rumah Tamara kami berhenti dan menyempatkan diri untuk bercanda sebentar.

Suara teriakan Ibunya yang memanggil membuat kami berdua kaget.
“Tamara… Tamara… ayo cepat masuk, udah hampir malam nih!”, teriak ibunya.
“Ya bu.. tunggu!, Zhaky aku duluan yah?”, katanya dengan senyum.
“Iya...”, kataku sembari membalas tersenyumnya.
“Kamu juga cepetan pulang, nanti di cariin sama Ibu kamu”.
“Ok… aku pulang yah.. dadah..!”, sambil berjalan dan melambaikan tangan.

Di perjalanan, aku hanya bisa berkata “baru kali ini aku bisa cepat berkenalan dengan seorang gadis, apalagi gadis seperti Tamara”. Kini aku berjalan di antara jalan yang sepi dengan sedikit penerangan dari lampu jalan yang mulai redup dan dikerumuni serangga.

Sesampai di rumah aku di marahi oleh Ibuku.
“Kamu ke mana aja”?, bentak Ibu.
“Maaf Bu, aku tadi dari keliling taman”, kataku sambil menunduk.
“Lain kali jangan pulang telat lagi yah?”.
“ Iya Bu”, sembariku meninggalkan ibu di teras rumah.

***

Keesokan paginya aku bertemu dengan Tamara, ternyata aku sama sekolah dengan dia, kemarin aku lupa bertanya sih. Aku langsung berlari menghapirinya.
“Tamara… Tamara…. tunggu aku!”, kataku sambil berlari.

Tamara berhenti dan memegang pundakku.
“Masih pagi-pagi kok dah keringatan kayak gini?, ini usap keringatmu!”, katanya sembari menyodorkan sapu tangannya.
“Iya nih, kamunya tuh. Kamu jalannya cepat amat!” .
“Iya maaf”, kataya sambil tersenyum.
“Ayo buruan. nanti pintu gerbangnya di tutup”.

Sesampai di sekolah aku langsung ke kelas dan ternyata Tamara juga sekelas dengan aku. Dia duduk di sampingku, karena Dino teman aku baru pindah sekolah dua hari yang lalu. Tamara maju ke depan kelas dan memperkenalkan dirinya ke teman-teman kelasku.
“Hai perkenalkan namaku Tamara Adelia, panggil aja aku Tamara. Aku baru pindah dari Makassar kemarin, semoga kita semua bisa menjadi teman yang akrab”.
“Ok….”, Teriak semua temanku.

Kini kami semakin dekat. Kami selalu bersama, kami duduk di depan kelas sembari bercerita tentang tugas sekolah.

“Kamu suka pelajaran apa?”, tanyaku.
“Aku paling suka pelajaran matematika”.
“Kenapa kamu suka pelajaran itu?, padahal pelajaran itu agak rumit dan memusingkan”.
“Karena aku suka aja dengan pelajaran itu, kalau kamu sukanya pelajaran apa?”.
“Aku paling suka dengan pelajaran bahasa Indonesia, yah pelajaran sastra”.
“Kenapa kamu suka pelajaran itu?, tanyanya.
“Seperti kamu tadi, aku suka aja dengan pelajaran itu. Aku sudah buat beberapa cerpen, mau baca?”, kataku sambil menyodorkan beberapa cerpen karyaku.
“Ini buatan kamu?, aku gak percaya”.
“Iyalah, ini buatan aku. Kamu baca yah dan berikan saran, ok?”.
“Ok…”, katanya sambil tersenyum.

***

“Tttttttteeettt….”, Bunyi bel menandakan kami akan melanjutkan ke pelajaran berikutnya. Tapi, guru yang mengajar tidak datang. Jadi aku dan Tamara bersama teman-teman yang lain hanya bercerita tentang hal-hal yang dapat mengocok perut.

Tak lama kemudian, kami pun pulang. Aku bersama Tamara dan temanku yang lain berjalan menuju pintu gerbang, menertawai hal yang tak patut ditertawai. Diperjalanan pulang Tamara berteriak, “Auuuuhh sakit, Zhaky bantu aku berdiri!”pintanya sambil meneteskan air matanya. kaki Tamara tersandung batu, dan kelihatannya kaki Tamara Terkilir.
“Sudah jangan nangis donk, pasti kamu akan sembuh kok”, kataku menyemangati.
“Iya Zhaky, tapi kaki aku sakit banget. Bantu aku berdiri donk!”, pintanya
“Auuuuhh…. Sakit!!”, katanya sambil merintih kesakitan.
“Sini biar aku gendong deh, gak apakan?” .
“Betul mau gendong aku, aku berat loh!”, katanya sambil tersenyum.
“sakit-sakit gini sempat aja ngelawak, sini naik cepat”.
“hehehe…. Aku beratkan?”, tanyanya, sambil tertawa.
“Gak kok..”, kataku sambil tersenyum.

Sesampai di depan rumah Tamara, Ibunya yang sedang membaca koran kaget saat melihat kedatanganku yang menggendong Tamara.
“Tamara, kamu gak apa-apakan nak?”.
“Gak apa-apa kok Bu”, kata Tamara.
“Kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang tante”, kataku.
“Terima kasih yah nak ….”
“ Zhaky, tante!”, ucapku dengan maksud memperkenalkan diri.
“Iya terima kasih yah nak Zhaky”, katanya sambil tersenyum.
“Tamara, tante, Zhaky pulang dulu yah?”, kataku.
“Iyaa nak Zhaky, kapan-kapan main ke rumah yah?”, kata ibu Tamara.
“Baik tante”, kataku sambil tersenyum.

Sehabis menggendong Tamara punggungku rasanya ingin copot, benar juga kata Tamara badannya berat. Tapi, tidak apalah dari pada sahabat aku Tamara tidak pulang ke rumah. Sesampai dirumah aku langsung berganti pakaian dan makan siang. Sesudah itu aku langsung tidur karena aku lelah sekali sudah meggendong Tamara.

***

Keesokan paginya aku menunggu Tamara di depan rumahnya. Saat melihat dia keluar rumah, dia sudah bisa berjalan dengan baik. Aku kaget dan bengong melihatnya.
“Woii kamu kenapa bengong kayak gitu?”, tanyanya sambil mencubit pipiku.
“Akh gak apa kok!, eh kok cepat amat sembuhnya?”.
“Iyaa nih, semalam aku dibawa ke tukang urut, rasanya sakit amat waktu diurut”.
“Baguslah, daripada berjalan dengan pincang”, kataku sambil tersenyum.

Sampai di sekolah teman-teman ku berkumpul membicarakan sesuatu, aku dan Tamara bergegas ke sana dan mendengar apa yang di ceritakan teman-temanku itu.
“Teman-teman, besokkan kita libur bagaimana kalau kita liburan?”, kata Naila.
“Kita mau ke mana ?”, tanyaku memotong pembicaraan.
“Kita akan pergi liburan, baiknya kita ke mana?”, kata Denny.
“Bagaimana kalau kita pergi ke tempat rekreasi terkenal di kota ini!”, kata Tamara.
“Baiklah kita akan ke pantai Bira!”, kataku.

Tak sabar menunggu saat itu, aku menceritakan sedikit tentang pantai Bira kepada Tamara. Kami tidak memerhatikan penjelasan guru, akibat cerita kami yang semakin mengasyikkan. Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi. Rasanya aku tidak ingin berpisah dengan sahabatku Tamara walau sekejap saja. Tapi, mungkin itu cuman perasaanku saja. Kami berkeliling sekolah mencari hal-hal yang baru dan melupakan apa yang aku banyangkan tadi.

Tidak lama kemudian, bel kembali berbunyi kami berlari ke kelas. Kami berlari sambil tertawa dengan senangnya. Rasanya hal ini adalah hal yang terindah bagiku. Sesampai di kelas kami duduk dan menunggu guru. Tak lama kemudian, guruyang mengajar pun datang.

Aku merasa agak tidak enak badan. Tamara iseng lagi mencubit pipiku dan Tamara kaget.
“Zhaky kamu gak apa-apa, kan?” tanyanya dengan khawatir.
“Aku gak apa-apa kok”, kataku dengan nada yang pelan.
“Kamu sakit dan aku harus antar kamu pulang!”, katanya sambil berjalan menujuguruku.
“Pak, Zhaky sakit”, katanya.
“Baiklah bawa dia pulang, kamu mau mengantarnya?” tanya pak guru.
“Iya pak aku bisa kok”, katanya.

Berhubung sudah hampir pulang Tamara memasukkan barang-barangku ke dalam tas
lalu dia juga membereskan barang-barangnya.
“Ayo aku antar kamu pulang”, katanya.

Tamara meminta izin mengantar aku pulang. Sambil memegang jemari-jemariku dan sesekali memegang keningku. Tamara selalu bertanya tentang keadaanku. Tapi, aku hanya bisa menjawabnya dengan kalimat, “Aku baik-baik saja kok, gak usah khawatir!”.
Sesampai di rumah aku langsung di bawa Tamara ke kamarku sembari ibu mengomel-ngomeliku.
“Ini sebabnya kalau makan gak teratur!!”, katanya.
“Sudah tante, Zhaky ‘kan lagi sakit”, pinta Tamara ke Ibuku.
“Biarlah nak, biar dia tahu rasa”, kata Ibuku.
“Kalau begitu aku pulang dulu tante”.
“Nak nama kamu siapa?”.
“Nama aku Tamara, tante”.
“Terima kasih yah nak Tamara, udah bawa pulang anak tante ini”.
“Iya, sama-sama tante”, katanya.
Aku melihat senyuman indah dari Tamara saat akan keluar dari kamarku.

***

Keesokan paginya, rasanya badanku sudah sehat. Aku bergegas menyiapkan barang yang akan ku bawa. Aku mandi dan sesudah itu berpakaian rapi dan langsung menuju rumah Tamara. Tapi, Tamara sudah berangkat duluan. Aku langsung kesekolah. Sampai di sekolah aku melihat Tamara dan langsung menghampirinya.
“Zhaky, kamu udah sembuh?”, katanya.
“Iya.. aku udah sembuh kok”.
“Betul aku udah sembuh”, kataku sambil meraih tangannya dan meletakkannya dikeningku.

Tak berapa lama kemudian, bus yang akan mengantar kami ke pantai Bira pundatang. Aku duduk di belakang bersama anak lelaki lainnya. Tamara berada didepan bersama teman perempuannya. Di perjalanan rasa gelisahku semakin tak menentu. Aku memiliki firasat buruk dan naas tak enak . Berselang beberapa lama mobil yang aku tumpangi kecelakaan.

Aku merasa kepalaku sakit, saat ku pegang kepalaku mengeluarkan darah yang banyak. Tapi, yang ada di pikiranku sekarang adalah sahabatku… Tamara. Aku langsung berteriak dengan nada yang lemah. “Tamara.. kamu gak apa-apa, kan?”. Aku tak mendengar suaranya sama sekali. Aku melihat teman-temanku terluka dan mengeluarkan banyak darah. Saat aku ke tempat duduk Tamara, aku melihat kepala Tamara mengeluarkan banyak darah. Rasa sakit yang aku rasa membuat aku pingsan.
“Zhaky, Zhaky, bangun nak, ibu di sini”, kata ibuku sambil menangis.

Mendengar suara itu, aku terbangun. Aku sekarang berada di rumah sakit, aku kaget dan berteriak.
“Dimana Tamara Bu? Tamara baik-baik sajakan Bu?”.

Ibu hanya terdiam sambil menatap ayah.
“Ibu apa yang terjadi?”, aku mulai meneteskan air mata.
“Maaf nak, kini Tamara sudah berada di tempat lain”, dengan nada yang pelan ibu memberitahuku.
“Jadi maksud ibu?”.
“Iya Nak, Tamara telah meninggal akibat kecelakaan itu”, kata ibu sembari memelukku.

Aku terduduk di ranjang dan dipeluk ibu sambil menangis dengan keras dan berkata “ kenapa dia terlalu cepat meninggalkan aku Bu?”. Aku terdiam dan mengingat saat aku sakit, dia memberiku senyuman yang kuanggap indah itu dan menjadi  senyuman terakhir  darinya.
 






okee........... sampai sini duu yaaa... mau ngilang ^^ *cliiiggggkkk
nantikan post berikutnya !

SALAM BANGSA INDONESIA *hormat